Sosok Syekh Yusuf Makasar. Ulama kelahiran Makasar itu, berjuang melawan Belanda di tanah Banten, ditangkap di Tasikmalaya lalu dibuang ke Afrika Selatan. Di negeri tersebut, Syekh Yusuf justru menyemai kebaikan dan mewariskan peradaban: menyebarkan ajaran Islam.Pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Syekh Yusuf pada 1995. Sementara itu, masyarakat Afrika Selatan juga sangat menghormatinya. Bahkan tokoh Afrika Selatan, Nelson Mandela, menyebutnya sebagai “pemberi inspirasi” dalam perjuangan melawan sistem apartheid di negerinya. Mandela sering beziarah ke makam Syekh Yusuf.
Syekh Yusuf lahir di Gowa Sulawesi Selatan pada 1627. Sekembalinya dari ibadah haji pada 1664, dia menjadi orang penting di samping Sultan Ageng Tirtayasa, Banten. Bersama Tirtayasan, dia bahu membahu melakukan perlawanan terhadap Belanda. Saat itu namanya juga sudah terkenal sebagai ulama besar.
Pada episose akhir kekuasaan Tirtayasan, Syekh Yusuf dana pasukannya terdesak, hingga akhirnya harus melakukan perang gerilya. Para pejuang itu harus mundur ke daerah Priangan Timur, termasuk ke wilayah Tasikmalaya selatan. Setelah sebelumnya menyusuri Sungai Ciseel dan Sungai Citanduy, lalu berputar lewat Parigi (Ciamis).
Rute perjalanan perang gerilya Syekh Yusuf di Priangan Timur dengan baik dirinci oleh Abu Hamid dalam disertasi doktornya tentang perjuangan tokoh ini. Menurut Abu Hamid, akhirnya Syekh Yusuf berlindung di sebuah tempat bernama Karang atau Aji Karang di Sukapura. Sukapura adalah nama lain sebelum menjadi Tasikmalaya.
Apa yang disebut Karang oleh Abu Hamid, tidak lain adalah Karangnunggal. Di situ terdapat kompleks Pamijahan dan Gua Safarwadi, tempat Syekh Abduk Muhyi, penyebar Islam di Tasikmalaya, mengajarkan Islam kepada santri-santrinya. Di situlah untuk beberapa waktu Syekh Yusuf berlindung sambil menyusun kekuatan.
Menurut Azyumardi Azra, sumber-sumber Belanda menyebutkan Syekh Yusuf mundur ke Desa Karang dan berhubungan dengan seseorang yang dipanggil “Hadjee Karang”. Tokoh ini tidak lain adalah Abdul Muhyi, murid Syekh Abdul Rauf Singkel, ulama besar dari Aceh penyebar ajaran Tarekat Syatariyah.
Tidak salah kiranya Syekh Yusuf berada di Pamijahan. Karena guru Abdul Muhyi (Abdul Rauf Singkel) adalah kawan seperguruan Yusuf Makasar saat berguru kepada Ibrahim Al-Qurani di Mekah. Pamijahan menjadi saksi bertemuanya dua ulama besar yang sumber ilmunya dari mata air yang sama.
Syekh Yusuf adalah ulama produktif dan menulis ratusan kitab. Dalam salah satu naskah yang ditulisnya di kemudian hari berjudul Syuruti al- ‘Arifi al-Muhaqqiq, dia mengabadikan nama sahabatnya itu dengan kalimat “....untuk sahabatku Haji Abdul Muhyi yang tinggal di Kampung Karang”.
Dengan segala tipu muslihat, Belanda menangkap ulama ini pada 14 Desember 1683. Dia dibawa dari Pamijahan ke Batavia. Karena pengaruh Syekh Yusuf demikian besar, maka penjajah Belanda berusaha keras untuk memadamkan semangat juangnya.
Dia dibuang ke tempat yang jauh agar tidak lagi bisa berhubungan dengan masyarakatnya. Syekh Yusuf dan rombongan diasingkan ke Afrika Selatan, beranak-pinak dan meninggal di sana.
dan kini Nama Syekh Yusuf dijadikan sebagai Nama Rumah Sakit di Sungguminasa,Gowa. . .
0 komentar:
Posting Komentar